Ribuan Dapur MBG Siap Beroperasi BGN Pastikan Verifikasi Ketat

foto/istimewa

sekilas.co – BADAN Gizi Nasional mencatat sebanyak 14.403 satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) atau dapur makan bergizi gratis (MBG) telah masuk dalam proses operasional per 6 November 2025. Dari jumlah tersebut, 12.843 SPPG sudah beroperasi, sementara 1.560 lainnya masih dalam tahap persiapan operasional.

Wakil Kepala BGN Sony Sonjaya mengklaim capaian tersebut menunjukkan kemajuan signifikan dalam penyiapan infrastruktur program makan bergizi gratis (MBG) yang menjadi salah satu prioritas nasional. Menurut dia, kecepatan verifikasi dan kesiapan fasilitas di lapangan menjadi faktor kunci agar pelayanan gizi dapat segera menjangkau seluruh wilayah sasaran.

Baca juga:

“Proses verifikasi berjalan dinamis dan transparan. Lebih dari 13 ribu calon mitra sudah melalui tahapan validasi, sementara sisanya sedang kami pastikan kelayakannya agar sesuai standar pelayanan gizi nasional,” ujar Sony di Jakarta, dalam keterangan resmi pada Jumat, 7 November 2025.

Berdasarkan data BGN, tahapan verifikasi dan penyiapan SPPG dilakukan secara berlapis  mulai dari verifikasi pengajuan lokasi oleh verifikator, persiapan oleh calon mitra, verifikasi kesiapan, hingga survei lapangan dan penentuan kelayakan sebelum penetapan resmi SPPG. Setiap tahap memiliki rentang waktu berbeda, antara 2 jam hingga 45 hari, tergantung pada kompleksitas lokasi dan kesiapan sarana prasarana.

“Kami ingin memastikan setiap SPPG memiliki standar fasilitas, sumber daya, dan tata kelola yang seragam. Itu sebabnya tahapan verifikasi dijalankan secara berlapis agar tidak ada kompromi terhadap kualitas,” ujar Sony.

Dari hasil pemantauan, 13.453 calon mitra kini tengah berada pada tahap pembangunan atau renovasi fasilitas SPPG, sementara 344 lokasi sedang menjalani survei lapangan untuk memastikan kesiapan bangunan dan sarana pendukung lainnya.

Sony menjelaskan verifikasi berlapis ini tidak hanya untuk memenuhi administrasi, tetapi juga memastikan pemerataan akses gizi dan efektivitas implementasi program. Wilayah yang sudah terpenuhi kebutuhan SPPG-nya akan diarahkan untuk memperkuat koordinasi dan pengawasan, sedangkan daerah yang masih kekurangan akan menjadi prioritas penambahan.

“Kami tidak ingin ada daerah yang berlebih sementara yang lain belum terlayani. Prinsipnya adalah pemerataan, agar anakanak di seluruh Indonesia memperoleh layanan gizi berkualitas secara adil,” kata dia.

Artikel Terkait