Sekilas.co – Raja Yordania Abdullah II, pada Selasa (23/9), menggunakan panggung Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 di New York untuk menyampaikan kecaman keras terhadap seruan provokatif pemerintah Israel yang kembali menghidupkan gagasan “Israel Raya.”
Dalam pidatonya, Abdullah II menilai bahwa ide tersebut bukan hanya sebuah ilusi politik yang berbahaya, tetapi juga ancaman nyata bagi stabilitas regional. Ia menegaskan, ambisi semacam itu hanya bisa diwujudkan melalui pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan, batas-batas wilayah, serta integritas teritorial negara-negara tetangga, yang selama ini sudah rapuh akibat konflik berkepanjangan di Timur Tengah.
“Tidak ada yang membanggakan dari tindakan semacam itu. Justru yang ada hanyalah memperluas penderitaan rakyat sipil dan menambah catatan panjang ketidakadilan,” ujar Abdullah II di hadapan para pemimpin dunia.
Raja Abdullah juga mengingatkan bahwa perang di Gaza yang masih berlangsung saat ini telah menjadi salah satu bab paling kelam dalam sejarah modern dan menodai reputasi PBB sebagai lembaga penjaga perdamaian global. Menurutnya, kegagalan komunitas internasional dalam menghentikan pertumpahan darah tersebut hanya akan memperdalam krisis kemanusiaan dan melanggengkan siklus kekerasan.
Awal bulan ini, Israel melancarkan operasi militer dengan nama sandi “Gideon Chariots 2” (Kereta Perang Gideon 2) yang bertujuan menguasai penuh Kota Gaza. Serangan itu berlangsung secara masif, baik lewat serangan udara maupun serbuan darat, yang menjadikan wilayah padat penduduk tersebut pusat kehancuran baru.
Data kemanusiaan menunjukkan hampir satu juta warga Palestina kini masih terjebak di tengah gempuran tanpa henti. Mayoritas dari mereka merupakan pengungsi yang sebelumnya telah kehilangan rumah akibat eskalasi militer Israel di berbagai wilayah Jalur Gaza.
Sejak Oktober 2023, jumlah korban jiwa di Gaza terus bertambah hingga menembus angka lebih dari 65.300 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Selain jatuhnya korban manusia, dampak perang juga menghancurkan infrastruktur sipil, memperparah kondisi kelaparan, serta menyuburkan penyebaran penyakit menular karena akses air bersih, obat-obatan, dan layanan kesehatan nyaris tidak ada.
Abdullah II menutup peringatannya dengan menyerukan agar dunia internasional tidak menutup mata terhadap tragedi ini. Ia mendesak PBB dan negara-negara anggota untuk mengambil langkah nyata, bukan sekadar pernyataan, demi menghentikan agresi yang tidak hanya mengancam rakyat Palestina tetapi juga merusak peluang perdamaian di kawasan.





